Powered By Blogger

Rabu, 21 November 2012

rasionalitas ekonomi

DEFINISI RASIONALITAS Dalam literature teori ekonomi modern yang tersedia, seorang pelaku ekonomi diasumsikan rasional berdasarkan hal-hal berikut: 1. Setiap orang tahu apa yang mereka mau dan inginkan, serta mampu mengambil suatu keputusan atas sesuatu hal, dan sesuatu yang paling diinginkan (most preferred) sampai dengan yang paling kurang diinginkan (less preferred). Serta setiap individu akan mampu bertindak dan mengambil keputusan secara konsiaten. 2. Keputusan yang diambil berdasarkan pertimbangan tradisi, nilai-nilai, dan mempunyai alasan dan argumentasi yang jelas dan lugas. Hal ini menunjukan bahwa metodologi rasionalitas ialah ketika hal ini diambilberdasarkan cara berfikir dari setiap pelaku ekonomi itu sendiri. 3. Setiap keputusan yang diambil oleh individu ini harus menuju pada pengkuantifikasian keputusan akhir dalam satuan unit moneter . pengkualifikasian ini akan membawa pada perhitungan dan bertendensi untuk memaksimalkan tujuan dari setiap aktivitas, di mana sesuatu hal yang lebih baik lebih disukai daripada yang kurang baik. 4. Dalam model produksi dari kapitalisme, rasionalitas berarti kepuasan yang dapat dicapai dengan prinsip efisiensi dan bertujuan dari ekonomi itu sendiri. Di sana tidak ada ruang bagi sentiment pribadi atau nilai tradisional yang tidak dapat dikuantitatif dalan unit moneter. 5. Perilaku seorang individu yang rasional dalam mencapai kepuasan berdasarkan kepentingan sendiri bersifat materiil (materiil self interest) akan menuntun padaa pembuatan barang-barang sosial yang berguna bagi kemaslahatan umat. 6. Pilihan seseorang daapat dikatakan rasional jika pilihan ini secara keseluruhan bisa dijelaskan oleh syarat-syarat hubungan konsisten pilihan yang lebih disukai dengan definisi penampakan pilihan yang lebih disukai Jadi secara ringkas, rasonalitas dalam banyak ekonomi literature beraarti kepentingan sendiri (self-interest) dan pada saat yang bersamaan konsisten pada pilihan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, di mana bisa dikualifikasikan menuju maksimalisasi beberapa ide kesejahteraaan yang umum. TIPE RASIONALITAS Ada dua tipe rasionalitas, dimana dua tipe rasionalitas ini berlaku pada tingkat individu. Adapun pada tingkat kolektif terdapat rasionalitas pula. Dua tipe rasionalitas ini yaitu. 1. Rasionalitas kepentingan pribadi (Self Interest Rationality) Menurut Edgeworth, prinsip pertama dalam ilmu ekonomi ialah setiap pelaku ekonomi hanya digerakkan oleh kepentingan pribadi (self-interest) seorang individu. Dimana kepentingan pribadi yang diasumsikan disini ialah setiap individu akan selalu berupaya mengejar berbagai tujuan dalam hidup ini dan tidak hanya memperbanyak kekayaan secara moneter. Tujuan tersebut bisa saja dalam bentuk prestise, cinta, dan aktualisasi diri. Serta dapat pula dipertimbangkan di sini ialah pencapaian individu untuk menjadi lebih baik dengan membuat lingkungan sekelilingnya menjadi lebih baik pula pada saat yang sama. 2. Rasionalitas Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai saat ini (present Aim Rationality) Teori ini berasumasi bahwa manusia selalu menyesuaikan preferensinya sepanjang waktu dengan sejumlah prinsip. Secara jelasnya dikatakan bahwa preferensi yang diambil harusnya konsisten. Penyesuaian terhadap prinsip ini tanpa harus menjadi hanya mementingkan diri sendiri (self-interest). Sehingga setiap waktu mungkin preferensi individu tersebut dapat berubah sesuai dengan kebutuhan yang ingin dicapainya. FENOMENA SEJARAH Suatu fakta sejarah mengungkapkan bahwa rasionalitas ialah suatu konsekuensi atas faktor ekonomi dan agama, di mana faktor utama ini menjadi landasan dasar dalam pembahasan mengenai perkembangan kapitalis. Dalam masa periode awal merkantilisme, para pedagang mencari keuntungan tinggi karena dua faktor: 1. Kebijakan yang memberikan keuntungan berlebih kepada kaum perdagangan dengan memberikan perlakuan khusus yang bersifat monopolistic. 2. Faktor agama yang berasal dari pengajaran Katolik yang mengutuk kekayaan, dimana kesejahteraan ekonomi dan kekayaan akan berlawanan dengan pengajaran oleh gereja. PRINSIP-PRINSIP RASIONALITAS EKONOMI 1. Kelengkapan Prinsip ini mengatakan bahwa setiap individu selalu dapat menentukan keadaan mana yang lebih disukainya diantara dua keadaan. Bila A dan B merupakan dua keadaan yang berbeda, maka individu selalu dapat menentukan secara tepat satu di antara kemungkinan berikut: • A lebih disukai dari pada B • B lebih disukai dari pada A • A dan B sama-sama disukai • A dan B sama-sama tidak disukai. 2. Transitivitas Prinsip ini menerangkan mengenai konsistensi seseorang dalam menentukan dan memutuskan pilihannya bila dihadapkan oleh beberapa alternative pilihan produk. Di mana jika seseorang individu mengatakan bahwa “ produk A lebih disukai dari pada produk B” dan “produk B lebih disukai dari pada produk C” maka ia pasti akan mengatakan bahwa “produk A lebih disukai daripada produk C”. prinsip ini sebenarnya untuk memastikan adanya konsistensi internal di dalam diri individu dalam hal pengambilan keputusan. Hal ini menunjukkan bahwa pada setiap alternative pilihan seorang individu akan selalu konsisten dalam memutuskan preferensinya atas suatu produk dibandingkan dengan produk lain. 3. Kesinambungan Prinsip ini menjelaskan bahwa jika seorang individu mengatakan “produk A lebih disukai dari pada produk B”, maka setiap keadaan yang mendekati produk A pasti juga akan disukai dari pada produk B. 4. Lebih banyak selalu lebih baik Prinsip ini menjelaskan bahwa jumlah kepuasan akan meningkat, jika individual mengonsumsi lebih banyak barang atau produk tersebut. Hal ini bisa dijelaskan dengan kurva kepuasan konsumen (kurva indeferen) yang semakin meningkat akan akan memberikan kepuasan yang lebih baik. Tetapi untuk konsumen muslim prinsip ini masih harus dimodifikasi lagi, yaitu:  Objek yang hala dan thayib Dalam hal ini ini individu dibatasi oleh aturan-aturan syariat, karena ada beberapa barang yang tidak boleh dikonsumsi karena ada alasan tertentu, barang ini hukumnya haram. Oleh karena itu hanya barang yang halal dan thayib lah yang bisa dikonsumsi.  Lebih banyak tidak selalu lebih baik Hal ini terjadi pada barang-barang yang dapat menimbulkan kemafsadatan dan kemudaratan bagi individu yang mengkonsumsinya. Bila produk-produk ini dikonsumsi semakin banyak justru akan menyebabkan individu menjadi lebih buruk kondisinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar